Jumat, 25 November 2011

LINGKUNGAN HIDUP


BERSIKAP BIJAK PADA LINGKUNGAN

Semarang yang diliputi dengan panorama yang  menarik, mempunyai dua topologi alam yang unik, perbukitan dan dataran yang berdekatan dengan laut jawa. Tentulah tak akan menjemukan dan membosankan. Sebagai warga yang tinggal dan hidup di kota semarang, sebuah poblematika dari segi tata ruang, dan lingkungan sedikit banyak aku ketahui dan rasakan dampaknya.
. Seperti banjir yang sering melanda bagian bawah dari kota semarang hampir akan terjadi tiap tahun. Bahkan tak jarang melumpuhkan nadi perekonomian secara umum. Sebab transportasi terganggu akibat banjir. Bukan salah dari air tentunya jika ia sampai mengenangi jalan. Semua pasti setuju jika ini adalah suatu ketidak nyamanan. Lantas apa yang dilakukan oleh kita ?
Yang saya amati masyarakat berlomba-lomba untuk meninggikan tempatnya masing-masing. Lalu saya berfikir alangkah kasihannya masyarakat yang tidak memiliki dana untuk membeli tanah urung untuk ikut meninggikan tempat tinggalnya. Hal ini kalau adalah tindakan yang belum menyelesaikan masalah secara bijaksana.
Coba kita tengkok lingkungan yang diperlakukan kurang bijaksana. Sungai yang merupakan lalu lintas air untuk sampai ke laut dibiarkan merana. Ini terbukti dengan sedimetasi yuang terus terjadi, pembuangan sampah yang tidak dikelola dengan baik, yang selanjutnya akan memperberat kerja dari sungai sebab dipenuhi dengan sampah. Dan sungai tidak berfungsi sebagai fitrahnya.
Untuk yang belum bias menormalisasi saluran air langkah yang paling mudah dilakukan yakni stop  jangan memperparah keadaan. Biar mereka melakukan asal saya tidak. Ini langkah yang paling kecil yang dapat dilakukan tiap individu. Dengan begitu  aliran akan lancer, penyakit yang mungkin timbul aka terantisipasi karena kita ‘ smart’ dalam menjaga lingkungan.
Sudah saatnya kita bertindak. Kelola sampah dengan baik, penghijauan yang akan membantu penangulangan banjir, tanaman sebagai pabrik oksigen. Tugas ini memang berat sebab melibatkan berbagai pihak, agar sadar perlunya bersikap bijak pada lingkungan. Tapi yakinlah dengan penanaman kesadaran dari dari pribadi kita kemudian keluarga, ini akan menguatkan untuk melakukan yang baik demi lingkungan yang nyaman dan sehat.

Jumat, 18 November 2011

sepanjang jalan bangetayu kulon - muktiharjo


SELAYANG PANDANG JALAN MUKTIHARJO – BANGETAYU KULON .
DI ERA 2011

Menapaki jejak jalan di sepanjang jalan kereta api yang melintas antara palang bangetayu kulon sampai dengan karang kimpul. Seolah menguak cerita lama yang membayang di antara reruntuhan waktu. Kala waktu terus bergulir dan cerita orang berganti dengan yang baru yang menawarkan hal yang lebih mudah , lebih cepat , lebih enak , lebih …. Lebih dan lebih. Kalau bisa bercerita jalan itu akan bercerita banyak tentang romantika dari banyak orang yang telah menapakinnya.
Bersepeda tiap berangkat ke sekolah merupakan hal yang aku kerjakan tiap berangkat ke bangku SMA. Berkendara motor ? mobil ? tidak. Bersepeda jenki. Walau ada perasaan minder yang menyelimuti.Sebab sepeda ini dalam benakku khusus untuk cewek. Angapan yang aku ciptakan sendiri. Hingga tersiksa lah aku sebab pencitraan ku .Suasana sejuk kukayuh sepeda melintasi jalan yang beraspal hitam. Bahkan setelah malamnya turun hujan pakaiaku dan sepatu ternoda oleh lumpur. Syuukur alhamdulillah aku masih punya  pakain walau hanya beberapa pasang. Dan jika sore basah dan pagi harus di pakai terpaksa disetelika. Dan akan menimbulkan aroma yang kurang sedap.
Terus terang aku saaat di SMA memilih jurusan yang kurang tepat karena pengaruh dari lingkungan yang mengunggulkan jurusan tertentu dan meremehkan yang lain. Jurusan A1 (Fisika) dalam bayangan ku yang ada adalah jurusan yang elite. Walau hati sebetulnya kurang sreg. Jadi hari-demi hari seolah aku lalui dengan beban sekali lagi beban. Hingga dalam tidurkupun kadang aku dibanyangi saat  aku sekolah.. “Luluskah aku ? “ lulus cuman dengan nilai yang pas-pasan. Tapi aku harus meyakini ada nilai positif  yang aku dapat. Agar tidak sombong dengan prestasi.
Eh … hampir lupa tentang jurusan palang bangetayu kulon sampai dengan palang karang  kimpul. Sekarang hampir 90 % dipenuhi dengan pengendara sepeda motor. Entah menggapa ada keprihatinan yang menelusup di benakku. Jika aku mengarahkan jari keluar, aku akan menuduh dari transportasi masal yang gagal. Tak bijaksana jika sering menuduh keluar. Akan lebih baik lagi jika aku bertanya kepada diri sendiri apa yang bias  aku lakukan. Ini akan leboih efektif dalam menyelesaikan masalah ketimbang menuntut dari luar.  Salam …..