Rabu, 09 Februari 2011

Muhammada Ali Memeluk Islam


Taubatnya Muhammad Ali


Sebelum masuk Islam, dia menjuluki dirinya dengan “Yang Terbesar” karena dia adalah petinju terbaik di masanya. Bahkan para pengamat olah raga mengakuinya sebagai petinju terbaik abad ini. Sejarah tinju belum pernah mengenal petinju secepat dia. Dia berlaga dengan gesit di atas ring dan memukul KO lawan-lawannya, lalu berseru dengan bangga,  “Akulah yang terbesar”.

Akan tetapi setelah masuk Islam, dia membuang julukan ini, karena tidak suka membangakan diri dan menjadi seorang yang sederhana dengan jiwa yang Islami.

Dia adalah petinju dunia Casius Marcellus Clay yang setelah itu dikenal dengan Muhammad Ali Clay. Dia bercerita tentang perjalanan masuk Islam. Aku dilahirkan di Kentucky, Amerika Serikat. Daerah yang dikenal dengan ayam goreng khas yang memakai namanya, yang juga terkenal dengan perbedaan etnis yang kental.

Sejak kecil aku sudah merasakan perbedaan perlakuan ini karena aku berkulit coklat. Barang kali ini yang mendorongku untuk belajar tinju agar dapat membalas perlakuan jahat teman-temanku yang berkulit putih. Dan karena aku mempunyai bakat serta otot yang kuat sehingga memudahkan jalanku.

Ketika belum genap berusia 20 tahun, aku sudah memenangkan pertandingan kelas berat di Olimpiade Roma tahun 1960. Hanya beberapa tahun kemudian aku berhasil merebut juara dunia kelas berat dari Sony Le Stone dalam pertarungan paling pendek, karena dalam beberapa menit aku berhasil menjadi juara dunia. Dan diantar tepuk riuh para pendukung dan kilatan kamera, aku berdiri didepan jutaan penonton yang mengelilingi ring dan kamera TV, mengucapakan kalimat syahadat dan menganti namaku menjadi Muhammad Ali Clay. Untuk memulai peperangan baru melawan kebatilan yang menghalangiku mengumumkan ke-islaman-ku semudah itu.

Kepindahan ke agama Islam adalah hal yang wajar dan selaras dengan fitrah-fitrah yang Allah  ciptakan untuk manusia. Kembaliku ke fitrah kebenaran membutuhkan waktu bertahun-tahununtuk berfikir, ini dimulai tahun 1960, ketika seorang teman muslim menemaniku pergi ke masjid untuk medengarkan ceramah, aku merasakan pangilan kebenaran memancar dari dalam jiwaku, menyeruku untuk mengapainya, yaitu kebenaran hakikat Allah, agama dan makhluk.

Perjalanan keimananku berlangsung bertahun-tahun dalam bentuk perbandingan antara Islam dan Masehi, sebuah perjalan yang berat, karena orang disekitar menghalangiku, kondisi masyarakat yang rusak, kebenaran dan kebatilan orang bercampur aduk, ditambah lagi dengan doktrin gereja yang menggambarkan keadaan orang-orang muslim yamg lemah dan terbelakang, yang diakibatkan oleh ajaran slam itu sendiri. Tapi Allah memberiku petujuk, dan menerangi jalan pilihanku sehingga aku dapat membedakan antara realita umat Islam dengan hakekat Islam yang abadi. Aku meyakini bahwa Islam membawa kebahagiaan untuk semua orang. Tidak membedakan warna kulit, ras, semua sama dihadapan Allah Azza wa Jalla. Yang paling utama adalah orang yang bertakwa.

Aku membandingkan ajaran Trinitas dengan ajaran Tahuid dalam Islam. Aku merasa bahwa Islam lebih rasional. Karena tidak mungkin tiga Tuhan mengatur satu alam dengan rapi seperti ini. “Tidak mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang”. (QS. 36 : 40). Ini suatu hal yang mustahil terjadi dan tak akan memuaskan orang yang berakal dan mau berfikir.

Aku merasakan betapa orang-orang Islam menghormati Isa as dan ibunya. Menempatkan mereka pada kedudukan yang sama. Ini hanya ada dalam ajaran Islam atau ajaran Nasrani yang masih murni.

Aku membaca terjemahan Al Qur’an dan akupun bertambah yakin bahwa Islam adalah agama yang haq yang tidak mungkin dibuat oleh manusia. Aku mecoba untuk bergabung dengan komunitas muslim dan aku mendapati mereka dengan perangai yang baik, toleransi dan saling membimbing. Hal ini tidak aku dapatkan  selama bergaul dengan orang-orang Nasrani yang hanya melihat warna kulitku dan bukan kepribadianku.

Inilah kisah masuk Islamnya juara tinju dunia Muhammad Ali Clay yang mengumumkan ke-Islaman-nya  terang-terangan pada saat kemenangannya, seolah-olah dia ingin memberikan pukulan keras pada thoghut  seperti yang dialami oleh lawanya Sony Le Stone.

Masuk Islam-nya bukanlah akhir dari segalanya tapi baru permulaan, karena hari itu adalah hari kelahirannya yang sebenarnya. Dia memulai hidup barunya dari sini, dia tinggalkan seluruh masa lalunya yang bertentangan dengan Islam dan memfokuskan perhatiannya kepada Allah. Surat yang pertama ia hafal adalah surat Al Fatihah yang ia memulai perjalanan kedamaian dan keimanan.

Muhammad Ali berziarah ke Mekkah tahun 1973, berkali-kali ia kesana dan juga ke Madinah Al Munawwaroh. Dia memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosa yang telah dilakukannya sebelum masuk Islam, dan memohon kepada-Nya agar memberinya khusnul khatimah.

Sekarang ia adalah seorang pemimpin keluarga muslim. Dia memberi nama putra-putrinya  dengan nama-nama yang Islami, diantaranya Muhammad, Maryam, Rasyidah, Khalilah, Jamilah, Hana dan Laila. Mereka mempelajari Islam dan senantiasa pergi ke masjid untuk menjalin hubungan yang abadi dengan Tuhan mereka dan anak-anak muslim lainya.

Kini ia termasuk orang-orang yang giat berdakwah di Amerika dan memberikan dana. Meskipun demikian dia masih merasakan belum memberikan yang terbaik untuk Islam. Dibenaknya ada harapan dan keinginan untuk memberikan lebih banyak untuk pengabdian kepada agama Allah dan menegakan kalimat-Nya.

Marilah kita bertakbir untuk sang juara yang telah membuang kebatilan di atas ring tinju. Allahu Akbar, Allahu Akbar.


Dikutip dari : Hakikat Taubat