Senin, 15 Februari 2016

BUDIDAYA KAMBING DAN DOMBA

BUDIDAYA DOMBA DAN KAMBING ETAWA

Penampakan domba yang aku pelihara usia kurang lebih 1 tahun

Dulu memelihara kambing tak ada dalam pikiran. Ternyata ada keasyikan tersendiri, saat menekuni hobi ini. Banyak kendala dalam memulai ternak yang satu ini. Ada rasa gengsi, jijik, dan seribu mental blok yang harus di hancurkan.
Mula-mula aku memelihara burung berkicau, karena ikut-ikutan teman. Penasaran sebenarnya apanya sih enaknya kok sampai teman-teman sampai suka sama burung. Seminggu memelihara ternyata bukan senang malah pusing, apalagi saat melihat sangkar yang berjeruji-jeruji, tersiksa rasanya. Ini sepertinya bukan passionku. Pernah juga ayam kampung aku pelihara. Dari usaha yang satu ini banyak sekali modal yang aku tanam. Dari beli jaring untuk pagar, pakan katul yang pembelianya sampai sekarung besar, mesin penetas dan ayam anakan. Bersama dengan itu bebek petelur tak ketinggalan aku pelihara. Ternyata hasilnya kurang maksimal. Atau boleh dibilang rugi. Karena ungas memiliki daya tahanya kurang baik. Apalagi saat memasuki kemarau. Jangan ditanya akan ada banyak terjadi kematiannya.

Sempat vakum dari memelihara hewan, kurang lebih beberapa bulan. Tergugah kembali saat tetangga ada yang memelihara domba dengan sistem fermentasi. “Dengan tambahan SOC (Suplemen Organik Cair), kotoran tidak bau”, kata pak Widodo. “Ah masak iya to pak”, tanyaku penasaran. Selang beberapa hari aku survey ke kandang milik pak Widodo ternyata benar apa yang dikatakan tempo hari. Aku jadi tertarik dengan kambing. Setelah itu aku banyak membaca artikel dan buku mengenai perkambingan ini. Mulai dari prospek, analisa usaha serta cara budidaya.
Memulai ternak kambing, kendala pertama yang harus aku hadapi yakni pembuatan kandang. Sebab aku tak yakin bisa, tanpa bantuan seorang tukang kayu. Ada rasa malu untuk minta bantuan. Karena usaha yang aku coba bangun kurang berhasil kemarin. Ternyata dengan ijin Allah SWT aku dapat membuat kandang tanpa bantuan tukang. Pembuatan kandang hampir 90 % aku kerjakan sendiri, dengan dibantu oleh istriku. Walau dengan susah payah akhirnya jadi juga. Kandang kambing ini adalah karya yang monumental bagiku. Karena ternyata aku bisa, aku terlalu meremehkan kemampuanku sendiri.
Pertanyaan selanjutnya yakni domba atau kambing yang akan aku pelihara ? pertanyaan ini butuh waktu dan pemikiran untuk dijawab. Akhirnya aku memilih domba ekor gemuk untuk mengisi kandang. Dengan pertimbangan mudah dalam pemeliharannya. Sebab belum pengalaman. Survey sana survey sini. Hingga akhirnya aku beli di pasar hewan Buyaran Demak. Membeli dua ekor. Induk dan anaknya. Aku berharap ini akan beranak pinak. Tak tahu kenapa setelah dipelihara hampir satu tahun, tak ada tanda-tanda si betina bunting. Oleh karena itu hari idul adha kemarin pejantanya aku jual kurang lebih Rp. 2.300.000,-. Aku senang sekali sebab baru kali ini bisa memegang uang sebanyak itu dari penjualan ternak. Bagi sebagian orang mungkin nilai yang kecil namun bagi aku itu anugrah yang mahal harganya.
Alhamdulillah uang hasil penjualan domba jantan kini telah berganti dengan kambing PE (Peranakan Etawa) dua ekor, jantan dan betina. Kala itu kami beli saat moment idul adha tepatnya tahun 2015. Kambing masih cempe (anakan kambing ). Menurut mas Arifin (penjual kambing), kambing tersebut di dapat dari Rembang. Dikirim bersama pengiriman kambing kurban.
Domba makan kangkung saat musim kemarau panjang. 
Pengalaman memelihara kambing dan domba, ada karakteristinya sendiri. Untuk domba, lebih suka pada rumput-rumputan. Sementara kambing cenderung memilih pakan yang berada diatas (rambanan). Untuk minum domba lebih sering minum dibanding kambing. Disamping itu kambing lebih agresif dari pada domba. Kebiasan lain dari kambing yakni suka berdiri dengan dua kaki untuk meraih pakan.


Kesimpulan dari budidaya kambing adalah beternak kambing lebih mengasikan dan menjanjikan di bandingkan unggas. Karena lebih tahan dari penyakit dan perubahan musim. Tapi budi daya kambing butuh tenaga extra untuk memenuhi pakan dan dan pemeliharaanya. Untuk masalah bau yang mungkin ditimbulkan, maka butuh semacam produk EM 4 untuk menetralisirnya. Ini cukup efektif. Harga EM 4 pun cukup terjangkau kurang lebih sebesar Rp. 20.000,- , bisa dipakai hampir satu bulan.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar